STATUS
KHALIQ DAN STATUS MAKHLUQ
Perbedaan antara status Khaliq dan makhluq adalah garis
pemisah antara kufur dan iman. Kami meyakini bahwa orang mencapuradukkan kedua
status ini berarti dia telah kafir. Wal ‘Iyadz billah.
Masing-masing dari kedua status di atas memiliki hak-hak
spesifik. Namun, dalam masalah ini masih ada hal-hal, khusunya yang berkaitan
dengan Nabi dan sifat-sifat eksklusif beliau yang membedakan dengan manusia
biasa dan membuat beliau lebih tinggi dari mereka. Hal-hal seperti ini kadang
tidak dimengerti oleh sebagian orang yang memiliki keterbatasan akal,
pemikiran, pandangan dan pemahaman. Kelompok ini mudah terburu-buru memvonis
kafir terhadap mereka yang mengapresiasi hal-hal tersebut dan mengeluarkan
mereka dari agama Islam karena menurut kelompok ini menetapkan sifat-sifat
khusus untuk Nabi SAW adalah mencampuradukkan antara status Khaliq dan makhluq
serta mengangkat status Nabi dalam status ketuhanan. Kami sungguh memohon ampun
kepada Allah dari tindakan mencampuradukkan seperti ini.
Berkat karunia Allah kami mengetahui apa yang wajib bagi
Allah dan Rasul serta mengetahui apa yang murni hak Allah dan yang murni hak
rasul secara proporsional tidak melampaui batas sampai memberi beliau
sifat-sifat khusus ketuhanan yaitu menolak dan memberi, memberi manfaat dan
bahaya secara independen (di luar kehendak Allah), kekuasaan yang sempurna dan
komprehensif, menciptakan, memiliki, mengatur, satu-satunya yang memiliki
kesempurnaan, keagungan dan kesucian dan satu-satunya yang berhak untuk
dijadikan obyek beribadah dengan beragam bentuk, cara dan tingkatannya.
Seandainya yang dianggap melampaui batas adalah berlebihan
dalam mencintai, taat dan keterikatan dengan beliau maka hal ini adalah sikap
yang terpuji dan dianjurkan sebagaimana dalam sebuah hadits : “Janganlah kalian
mengkultuskanku sebagaimana kaum Nashrani mengkultuskan Isa ibn Maryam”.
Maksud dari hadits tersebut berarti bahwa sanjungan, berlebih-lebihan dan memuji beliau
di bawah batas di atas adalah tindakan terpuji. Seandainya maksud hadits tidak
seperti ini berarti yang dimaksud adalah larangan untuk memberikan sanjungan
dan memuji secara mutlak. Pandangan ini jelas tidak akan diucapkan oleh orang
Islam paling bodoh sekalipun. Wajib bagi kita memuliakan orang yang dimuliakan
Allah dan diperintahkan untuk memuliakannya. Betul, memang kita wajib untuk
tidak mensifati Nabi SAW dengan sifat-sifat ketuhanan apapun. Imam Al-Bushoiri
RA berkata :
Jauhilah klaim Nashrani akan Nabi mereka
Berilah beliau pujian sesukamu dengan bahasa
yang baik
Memuliakan Nabi SAW tidak dengan sifat-sifat ketuhanan sama
sekali bukan dikategorikan kufur atau kemusyrikan. Malah diklasifikasikan
sebagai salah satu ketaatan dan ibadah yang besar. Demikian pula setiap orang
yang dimuliakan Allah seperti para Nabi, rasul, malaikat, shiddiqin, syuhada
dan orang-orang shalih. Allah berfirman :
y7Ï9ºs
`tBur
öNÏjàyèã
uȵ¯»yèx©
«!$#
$yg¯RÎ*sù
`ÏB
uqø)s?
É>qè=à)ø9$#
Demikianlah
(perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah[990], Maka
Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan hati.
y7Ï9ºs
`tBur
öNÏjàyèã
ÏM»tBããm
«!$#
uqßgsù
×öyz
¼ã&©!
yYÏã
¾ÏmÎn/u
Demikianlah
(perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allah Maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.
Diantara obyek yang wajib dimuliakan adalah Ka’bah, Hajar
Aswad dan Maqam Ibrahim. Ketiga benda ini adalah batu namun Allah memerintahkan
kita untuk memuliakannya dengan thawaf pada Ka’bah, mengusap Rukun Yamani,
mencium Hajar Aswad, sholat di belakang maqam Ibrahim, dan wukuf untuk berdoa
di dekat Mustajar, pintu Ka’bah dan Multazam. Tindakan kita terhadap
benda-benda di muka bukan berarti beribadah kepada selain Allah dan meyakini
pengaruh, manfaat, dan bahaya berasal dari selain-Nya. Semua hal ini tidak akan
terjadi dari siapapun kecuali Allah SWT.
STATUS
MAKHLUQ
Kami meyakini bahwa Rasulullah SAW adalah manusia yang bisa
mengalami apa yang dialami manusia umumnya seperti sifat-sifat yang temporal
dan penyakit-penyakit yang tidak mengurangi kedudukan beliau dan tidak membuat
beliau dijauhi. Sebagaimana dikatakan oleh penyusun ‘Aqidatul ‘Awam :
Para rasul boleh mengalami sifat-sifat yang temporer
yang tidak mengurangi kedudukan mereka seperti sakit ringan
Rasulullah juga adalah seorang hamba yang tidak memiliki
kemampuan memberi manfaat, bahaya, mati, hidup membangkitkan kepada dirinya
sendiri kecuali apa yang telah dikehendaki Allah. Firman Allah :
@è%
Hw
à7Î=øBr&
ÓŤøÿuZÏ9
$YèøÿtR
wur
#
Ñ
wÎ)
$tB
uä!$x©
ª!$#
4
öqs9ur
àMZä.
ãNn=ôãr&
|=øtóø9$#
ßN÷sYò6tGó]w
z`ÏB
Îöyø9$#
$tBur
zÓÍ_¡¡tB
âäþq¡9$#
4
÷bÎ)
O$tRr&
wÎ)
ÖÉtR
×ϱo0ur
5Qöqs)Ïj9
tbqãZÏB÷sã
ÇÊÑÑÈ
Katakanlah:
"Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan
aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
Beliau juga telah mengemban risalah, menyampaikan amanah,
menyadarkan ummat, membuang kesedihan dan berjihada fi sabilillah sampai ajal
menjemputnya. Beliau berpulang ke sisi Allah dalam kondisi rido dan mendapat
keridoan, seperti digambarkan dalam firman Allah :
y7¨RÎ)
×MÍhtB
Nåk¨XÎ)ur
tbqçFÍh¨B
Sesungguhnya
kamu akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula).
$tBur
$uZù=yèy_
9|³t6Ï9
`ÏiB
Î=ö6s%
t$ù#ãø9$#
(
û'ïÎ*sùr&
¨MÏiB
ãNßgsù
tbrà$Î#»sø:$#
Kami
tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad);
Maka Jikalau kamu mati, Apakah mereka akan kekal?
Kehambaan adalah sifat beliau yang paling mulia. Karena itu
beliau membanggakannya dan berkata : “Saya hanyalah seorang hamba”. Allah
menyifati beliau dengan kehambaan dalam kedudukan tertinggi :
z`»ysö6ß
üÏ%©!$#
3uó r&
¾ÍnÏö7yèÎ/
Wxøs9
ÆÏiB
ÏÉfó¡yJø9$#
ÏQ#tysø9$#
n<Î)
ÏÉfó¡yJø9$#
$|Áø%F{$#
Ï%©!$#
$oYø.t»t/
¼çms9öqym
¼çmtÎã\Ï9
ô`ÏB
!$oYÏG»t#uä
4
¼çm¯RÎ)
uqèd
ßìÏJ¡¡9$#
çÅÁt7ø9$#
Maha
suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al
Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
¼çm¯Rr&ur
$®RmQ
tP$s%
ßö7tã
«!$#
çnqããôt
(#rß%x.
tbqçRqä3t
Ïmøn=tã
#Yt7Ï9
ÇÊÒÈ
Dan
bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan
ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.
Kemanusiaan adalah letak sesungguhnya kemu’jizatan
Rasulullah. Beliau adalah manusia dari jenis manusia namun berbeda dengan
manusia biasa. Beliau memiliki perbedaan yang tidak mungkin dikejar
atau disamakan dengan manusia biasa. Sebagaimana
penilaian beliau tentang dirinya : “Saya tidak sama dengan kalian. Sesungguhnya
saya bermalam di sisi Allah diberi kekuatan sebagaimana orang yang makan
dan minum”.
Berdasarkan paparan di atas maka jelaslah bahwa
status kemanusian beliau wajib disertai dengan sifat-sifat yang membedakannya
dengan manusia umumnya yaitu menyebut keistimewaan-keistimewaan beliau yang
eksklusif dan sifat-sifat beliau yang terpuji. Perlakuan ini bukan hanya
diberikan khusus untuk Nabi Muhammad SAW namun juga berlaku untuk rasul-rasul
yang lain agar penilaian kita kepada mereka proporsional. Karena penilaian
kepada para rasul semata-mata dipandang dari sisi kemanusiaan saja tanpa
penilaian lain adalah pandangan jahiliyah yang musyrik. Dalam Al-Qur’an
terdapat banyak dalil mengenai masalah ini. Diantaranya adalah
-
Ucapan
kaum Nuh terhadap Nabi Nuh dalam kisah yang diceritakan Allah tentang mereka :
(Hud : 27).
tA$s)sù
_|yJø9$#
tûïÏ%©!$#
(#rãxÿx.
`ÏB
¾ÏmÏBöqs%
$tB
1ttR
wÎ)
#\t±o0
$oYn=÷VÏiB
$tBur
1ttR
yèt7¨?$#
wÎ)
úïÏ%©!$#
öNèd
$oYä9Ï#ur&
yÏ$t/
Äù&§9$#
$tBur
3ttR
öNä3s9
$uZøn=tã
`ÏB
¤@ôÒsù
ö@t/
öNä3YÝàtR
úüÎ/É»x.
ÇËÐÈ
Maka
berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat
kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti Kami, dan Kami tidak
melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina
di antara Kami yang lekas percaya saja, dan Kami tidak melihat kamu memiliki
sesuatu kelebihan apapun atas Kami, bahkan Kami yakin bahwa kamu adalah
orang-orang yang dusta".
-
Ucapan
kaum Nabi Musa dan Harun terhadap mereka berdua dalam kisah yang diceritakan
Allah tentang mereka : (Al-Mu’minun : 47).
(#þqä9$s)sù
ß`ÏB÷sçRr&
Èûøïu|³t6Ï9
$uZÎ=÷WÏB
$yJßgãBöqs%ur
$uZs9
tbrßÎ7»tã
Dan
mereka berkata: "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia
seperti kita (juga), Padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang
menghambakan diri kepada kita?"
-
Ucapan
kaum Tsamud kepada Nabi mereka Shalih dalam peristiwa yang diceritakan Allah
tentang mereka : (Asy-Syu’araa’ : 154).
!$tB
|MRr&
wÎ)
×|³o0
$oYè=÷WÏiB
ÏNù'sù
>pt$t«Î/
bÎ)
|MZä.
z`ÏB
úüÏ%Ï»¢Á9$#
Kamu
tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; Maka datangkanlah sesuatu
mukjizat, jika kamu memang Termasuk orang-orang yang benar".
-
Ucapan
Penduduk Aikah kepada Nabi mereka Syu’aib dalam kisah yang diceritakan Allah
tentang mereka : (Asy-Syu’araa; : 186).
(#þqä9$s%
!$yJ¯RÎ)
|MRr&
z`ÏB
tûïÌs|¡ßJø9$#
ÇÊÑÎÈ !$tBur
|MRr&
wÎ)
×|³o0
$oYè=÷WÏiB
bÎ)ur
y7ZÝà¯R
z`ÏJs9
tûüÎ/É»s3ø9$#
ÇÊÑÏÈ
185. Mereka
berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang
kena sihir,
186.
Dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti Kami, dan Sesungguhnya
Kami yakin bahwa kamu benar-benar Termasuk orang-orang yang berdusta.
-
Ucapan
kaum musyrikin terhadap Nabi Muhammad SAW yang memandang beliau semata-mata
sebagai manusia dalam kisah yang diceritakan Allah tentang mereka :
(#qä9$s%ur
ÉA$tB
#x»yd
ÉAqߧ9$#
ã@à2ù't
uQ$yè©Ü9$#
ÓÅ´ôJtur
Îû
É-#uqóF{$#
Iwöqs9
tAÌRé&
Ïmøs9Î)
Òn=tB
cqä3usù
¼çmyètB
#·ÉtR
Dan
mereka berkata: "Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan di
pasar-pasar? mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang Malaikat agar Malaikat
itu memberikan peringatan bersama- sama dengan dia?,
Nabi telah menginformasikan status dirinya
dengan benar akan sifat-sifat luhur dan hal-hal yang melampauai kebiasaan yang
membuatnya berbeda dengan manusia lain.
-
Sabda
beliau dalam sebuah hadits shahih : “Kedua mataku terpejam namun hatiku tetap
terjaga”.
-
“Saya
mampu melihat kalian dari belakangku sebagaimana melihatmu dari depan”.
-
“Saya
dianugerahi pintu-pintu gudang dunia”.
Meskipun telah wafat, Rasulullah tetap hidup
dalam bentuk kehidupan barzakh yang sempurna. Beliau mampu mendengar perkataan,
membalas salam dan shalawat orang yang bershalawat sampai kepada beliau. Amal
perbuatan ummat disampaikan kepada beliau hingga beliau berbahagia atas
perbuatan orang-orang yang baik dan beristighfar terhadap orang-orang yang
melakukan dosa. Allah juga mengharamkan bumi untuk memakan jasadnya. Jasad Nabi
terlindungi dari hal-hal yang bersifat merusak dan dari
apapun yang berada dalam tanah.
Dai Aus ibn Aus, ia berkata , “Rasulullah SAW
bersabda, “Salah satu hari kalian yang paling utama adalah hari Jum’at ; di
hari itu Adam diciptakan dan wafat, Israfil meniup sangkakala dan matinya
seluruh makhluk. Maka perbanyaklah bershalawat untukku pada hari Jum’at. Karena
shalawat kalian disampaikan kepadaku”. Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat
kami sampai kepadamu padahal tubuhmu telah hancur?” tanya para sahabat.
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla mengharamkan bumi untuk memakan jasad para
Nabi.” Jawab Rasulullah. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibn Majah dan Ibn Hikam dalam
kitab shahihnya serta Al-Hakim yang menilai hadits ini shahih).
Menyangkut keutuhan jasad para Nabi Al-Hafidh
Jalaluddin As-Suyuthi menyusun sebuah risalah khusus menyangkut hal tersebut
yang berjudul ‘Inbaa’ul Adzkiyaa’ bi Hayaatil Anbiyaa’.
Dari ibnu Mas’ud Rasulullah SAW bersabda, “
Hidupku lebih baik buat kalian. Kalian berbicara dan saya berbicara kepada
kalian. Dan jika saya meninggal dunia maka kewafatanku lebih baik buat kalian.
Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku. Jika aku melihat amal baik aku
memuji Allahdan jika aku melihat amal buruk aku beristighfar buat kalian”. Kata
Al-Haitsami , “Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bazzaar dan para perawinya
sesuai dengan standar perawi hadits shahih.
Dari Abi Hurairah RA dari Rasulullah SAW,
beliau berkata, “ Tidak ada seorangpun yang memberi salam kepadaku kecuali
Allah mengembalikan nyawaku hingga aku membalas salamnya”. HR. Ahmad dan Abu Dawud.
Sebagian ulama menafsirkannya dengan
mengembalikan kemampuan berbicara beliau.
Dari ‘Ammar ibn Yaasir, ia berkata, “Rasulullah
SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT mewakilkan seorang malaikat yang diberi
Allah nama semua makhluk pada kuburanku.
Maka tidak ada seorang pun hingga hari kiamat yang menyampaikan shalawat
untukku kecuali malaikat itu menyampaikan kepadaku namanya dan nama ayahnya ; ini adalah si fulan anak si
fulan yang telah menyampaikan shalawat untukmu”. HR. Al-Bazzaar dan Abu al-Syaikh
ibn Hibban yang redaksinya : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya ada
malaikat Allah yang telah diberi semua nama makhluk oleh Allah. Ia berdiri di
atas kuburanku jika aku meninggal. Maka tidak ada seorang pun yang menyampaikan
shalawat kepadaku kecuali si malaikat berkata, “Wahai Muhammad ! fulan anak
fulan telah menyampaikan shalawat untukmu”. Rasulullah berkata, “Rabb Tabaraka
wa Ta’ala merahmatinya. Untuk satu shalawat dibalas 10 rahmat”. Dalam Al-Kabiir
Al-Thabaraani meriwayatkan hadits seperti ini
Meskipun Rasulullah SAW telah wafat namun
keutamaan, kedudukan dan derajatnya di sisi Allah tetap abadi. Mereka yang
beriman tidak akan ragu akan fakta ini. Karena itu, bertawassul kepada Nabi
Muhammad SAW pada dasarnya kembali kepada keyakinan keberadaan hal-hal di muka
dan meyakini beliau dicintai dan dimuliakan Allah serta keimanan kepada beliau
dan kepada risalahnya. Dan tawassul bukanlah berarti beribadah kepada Nabi SAW.
Karena beliau betatapapun tinggi derajat dan kedudukannya tetaplah seorang makhluk
yang tidak mampu menolak bahaya dan memberi manfaat tanpa izin Allah.
Allah SWT berfirman :
ö@è%
!$yJ¯RÎ)
O$tRr&
×|³o0
ö/ä3è=÷WÏiB
#Óyrqã
¥n<Î)
!$yJ¯Rr&
öNä3ßg»s9Î)
×m»s9Î)
ÓÏnºur
(
Katakanlah:
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
ASPEK-ASPEK
YANG SAMA ANTARA STATUS KHALIQ DAN MAKHLUQ TIDAK BERTENTANGAN DENGAN KESUCIAN
ALLAH
Banyak orang keliru dalam memahami sebagian aspek-aspek
yang sama antara status Khaliq dan makhluq. Mereka menganggap bahwa menisbatkan aspek-aspek di
atas kepada status makhluk adalah menyekutukan Allah.
Diantara aspek-aspek di atas adalah seperti
sifat-sifat khusus kenabian yang salah dipahami oleh sebagaian orang dan menganalogikannya
dengan analogi kemanusiaan. Karena itu mereka menilai terlalu berlebihan bila
aspek-aspek tersebut disandarkan kepada Rasulullah. Mereka menilai bahwa
menisbatkan aspek-aspek itu kepada Rasulullah berarti mensifati beliau dengan
sebagaian sifat-sifat ketuhanan. Pandangan ini adalah sebuah kebodohan murni.
Karena Allah SWT bebas memberi siapa saja dan sesuai kehendak-Nya tanpa ada
tekanan yang mengharuskan. Tapi semata-mata karunia-Nya kepada orang yang
hendak Dia mulyakan, Dia tinggikan derajat dan hendak ditonjolkan kelebihannya
atas orang lain. Hal ini bukan berarti melepas hak-hak dan sifat-sifat
ketuhanan. Hak-hak sifat-sifat ketuhanan tetap terpelihara sesuai dengan
kedudukan Allah SWT. Jika ada makhluk yang memiliki salah satu dari hak atau
sifat ketuhanan maka harus disesuaikan dengan kondisi kemanusiaan, yaitu harus
terbatasi dan diperoleh lewat izin, anugerah, dan kehendak Allah. Bukan karena
kekuatan makhluk, rencana dan perintahnya. Karena manusia adalah makhluk lemah
yang tidak mampu menimpakan bahaya, memberi manfaat, kematian , kehidupan dan
kebangkitan dari kubur untuk dirinya sendiri. Banyak hal-hal yang da dalil yang
menunjukkanya sebagai hak Allah, namun Allah SWT memberikannya kepada Nabi SAW
dan orang lain.
Berangkat dari penjelasan di atas, pensifatan
Nabi SAW dengan hal-hal di atas tidak meninggikannya sampai ke derajat
ketuhanan atau menjadikan beliau sebagai sekutu bagi Allah SWT.
Di antara aspek-aspek di atas adalah :
¥ Syafaat; syafaat adalah milik Allah. Allah
berfirman :
@è%
°!
èpyè»xÿ¤±9$#
$YèÏHsd
(
Katakanlah: "Hanya kepunyaan
Allah syafaat itu semuanya.
Namun syafaat juga dimiliki oleh Rasul SAW dan
orang lain atas kehendak Allah seperti terdapat dalam sebuah hadits : Saya
dikaruniai syafaat, dan : Saya adalah orang pertama yang memberi syafaat dan
diterima syafaatnya.
¥ Mengetahui hal-hal ghaib adalah milik Allah.
@è%
w
ÞOn=÷èt
`tB
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
|=øtóø9$#
wÎ)
ª!$#
4
Katakanlah: "tidak ada seorangpun
di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah",
Namun terdapat dalil yang menunjukkan Allah
menginformasikan kepada Nabi hal-hal gaib :
ãNÎ=»tã
É=øtóø9$#
xsù
ãÎgôàã
4n?tã
ÿ¾ÏmÎ7øxî
#´tnr&
ÇËÏÈ
26. (dia adalah
Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu.
wÎ)
Ç`tB
4Ó|Ós?ö$#
`ÏB
5Aqߧ
¼çm¯RÎ*sù
à7è=ó¡o
.`ÏB
Èû÷üt/
Ïm÷yt
ô`ÏBur
¾ÏmÏÿù=yz
#Y|¹u
ÇËÐÈ
27.
Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan
penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
¥ Hidayah; hidayah khusus milik Allah. Allah
berfirman :
y7¨RÎ)
w
ÏöksE
ô`tB
|Mö6t7ômr&
£`Å3»s9ur
©!$#
Ïöku
`tB
âä!$t±o
4
uqèdur
ãNn=÷ær&
úïÏtFôgßJø9$$Î/
ÇÎÏÈ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk.
Tapi terdapat ayat yang menjelaskan bahwa Nabi
SAW juga bisa memberi hidayah. Allah berfirman :
.........................................................................................................
Hidayah yang terdapat dalam ayat pertama
berbeda dengan hidayah dalam ayat kedua. Perbedaan ini hanya dapat dipahami
oleh kaum mu’minin yang memiliki kemampuan berfikir yang baik yang mampu
membedakan status Khaliq dan makhluk. Jika pengertian hidayah disamakan niscaya
Allah perlu mengatakan Sesungguhnya engkau memberi hidayah yang berupa
bimbingan, atau sesungguhnya engkau memberi hidayah tapi bukan seperti
hidayah-Ku. Tapi kedua ungkapan ini tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Malah
Allah membiarkan lafadl hidayah tanpa keterangan apapun. Karena orang yang
mengesakan Allah dari kaum muslimin bisa memahami kata-kata dan mengerti
perbedaan indikasi dari kata-kata tersebut menyangkut apa yang disandarkan
kepada Allah dan Rasulullah SAW. Masalah ini sama dengan apa yang terdapat
dalam Al-Qur’an yang memberi sifat Rasul dengan Al-Ra’fah dan Al-Rahmah saat
Allah berfirman :
úüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ Ô$râäu ÒOÏm§
Amat belas kasihan lagi Penyayang
terhadap orang-orang mukmin.
dan Allah juga mensifati diri-Nya dengan dua
sifat di atas dalam banyak ayat. Allah SWT berfirman (Ô$râäu ÒOÏm§). Sudah umum diketahui bahwa Al-Ra’fah dan Al-Rahmah dalam ayat kedua
berbeda arti dengan Al-Ra’fah dan Al-Rahmah dalam ayat pertama. Waktu Allah
mensifati Nabi-Nya dengan kedua sifat tersebut Dia mensifatinya tanpa
embel-embel apapun. Karena orang yang dikhithabi yang seorang mu’min yang
mengesakan Allah mengerti perbedaan antara Khaliq dan makhluk. Seandainya tidak
demikian, Allah perlu mengatakan Ra’uuf dengan ra’fah yang berbeda dengan
ra’fah-Ku, dan rahiim dengan rahmat yang berbeda dengan rahmat-Ku, atau
mengatakan Ra’uuf dengan rahmat tertentu dan Rahiim dengan rahmat tertentu,
atau bisa juga mengetakan Ra’uuf dengan ra’fah kemanusiaan dan rahiim dengan
rahmat kemanusiaan. Namun semua ini ternyata tidak ada. Malah Allah memberi
Nabi sifat ra’fah dan rahmat tanpa menambahkan penjelasan apapun. Allah
berfirman :
úüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ Ô$râäu ÒOÏm§
Best 9 Casino Slot Sites 2021 | MapyRO
BalasHapusTop 10 Casino Slot Sites with Real Money Play · 경상북도 출장샵 Red Dog Casino – Best for Slots · Vegas Slots Online 양주 출장안마 – Best 평택 출장마사지 Bonuses · Red Dog 의왕 출장마사지 Casino 여수 출장샵 – Best for